MOTIVASI DALAM BELAJAR
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Motivasi merupakan
satu penggerak dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau mencapai sesuatu
tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana atau keinginan untuk
menuju kesuksesan dan menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain motivasi
adalah sebuah proses untuk tercapainya suatu tujuan. Seseorang yang mempunyai
motivasi berarti ia telah mempunyai kekuatan untuk memperoleh kesuksesan dalam
kehidupan.
Dalam proses
belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai
motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini
merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan dikerjakan itu menyentuh
kebutuhannya. Segala sesuatu yang menarik minat orang lain belum tentu menarik
minat orang tertentu selama sesuatu itu tidak bersentuhan dengan kebutuhannya.
1.
Apakah
pengertian motivasi?
2.
Apakah
faktor yang memotivasi seseorang dalam belajar?
3.
Apakah
teori-teori motivasi?
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Motivasi
Motivasi berasal dari kata motif.
Motif menurut M. Ngalim Purwanto ialah segala sesuatu yang mendorong seseorang
untuk bertindak melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak
dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu
demi mencapai suatu tujuan. Motivasi menurut Moh. Uzer Usman adalah suatu
proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk
memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan tertentu.
Banyak para ahli yang memberikan
batasan tentang pengertian motivasi, antara lain:
a.
Mc. Dolald
yang dikutip oleh Oemar Mamlik mengemukakan bahwa “Motivasi adalah perubahan
energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan
dan reaksi untuk mencapai tujuan”.
b.
Menurut
Thomas M. Risk yang dikutip oleh Zakiyah Darajat mengemukakan motivasi dalam
kegiatan pembelajaran bahwa “motivasi adalah usaha yang disadari oleh pihak
guru untuk menimbulkan motif-motif pada diri murid yang menunjang kegiatan ke
arah tujuan-tujuan belajar”.[1]
c.
Menurut
Chaplin yang dikutip oleh Rifa Hidayah mengemukakan bahwa “Motivasi adalah
variabel penyelang yang digunakan untuk menimbulkan faktor-faktor tertentu di
dalam membangkitkan, mengelola, mempertahankan, dan menyalurkan tingkah laku
menuju suatu sasaran.
d.
Tabrani
Rusyan berpendapat, bahwa “Motivasi merupakan kekuatan yang mendorong seseorang
melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan”.
e.
Menurut
Dimyati dan Mudjiono ”Dalam motivasi terkandung adanya keinginan yang
mengaktifkan, menggerakkan sikap dan perilaku individu belajar”.[2]
Sedangkan belajar merupakan suatu
bentuk perubahan tingkah laku yang terjadi pada seseorang. Berikut definisi
belajar menurut para ahli:
a.
Abin
Syamsuddin Makmun mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan
perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu”.
b.
Slameto
berpendapat bahwa belajar ialah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
c.
Muhibbin
syah mengemukakan bahwa belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan
seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan
interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
Dari pengertian motivasi dan belajar
diatas dapat diambil pengertian bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya
penggerak yang ada dalam diri individu (siswa) yang menimbulkan kegiatan
belajar dan memberi arah kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan yang dikehendaki
siswa yang bersangkutan sebagai subyek belajar.[3]
Para ahli membedakan motivasi
belajar menjadi dua golongan, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.
a.
Motivasi
Intrinsik, yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri anak sendiri.[4] Suatu
kegiatan atau aktivitas yang dimulai dan diteruskan berdasarkan pengahayatan
suatu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas
belajar. Anak didik yang memiliki motivasi intrinsik cenderung akan menjadi
orang yang terdidik, berpengetahuan, yang mempunyai keahlian dalam bidang
tertentu. Gemar belajar adalah aktivitas yang selalu dimiliki oleh anak didik
yang memiliki motivasi intrinsik.[5]
b.
Motivasi
ekstrinsik, yaitu motivasi atau tenaga-tenaga pendorong yang berasal dari luar
diri anak. Motivasi ekstrinsik sebagai motivasi yang dihasilkan di luar
perbuatan itu sendiri, misalnya dorongan yang datang dari orang tua, guru,
teman dan anggota masyarakat yang berupa hadiah, pujian, penghargaan maupun
hukuman.
Dalam belajar motivasi akan
mempengaruhi kegiatan individu untuk mencapai segala sesuatu yang diinginkan
dalam segala tindakan. Menurut Dimyati dan Mudjiono menyatakan bahwa dalam
belajar motivasi memiliki beberapa fungsi, diantaranya:
a.
Menyadarkan
kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir.
b.
Minginformasikan
tentang kekuatan usaha belajar.
c.
Mengarahkan
kegiatan belajar.
d.
Membesarkan
semangat belajar.
e.
Menyadari
tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja.
Sedang menurut Oemar Hamalik dalam bekunya Proses Belajar
Mengajar mengemukakan bahwa fungsi motivasi meliputi:
a.
Mendorong
timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan.
b.
Motivasi
berfungsi sebagai pengarah untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
c.
Motivasi
berfungsi sebagai penggerak yang menentukan cepat lambatnya suatu pekerjaan.
Menurut Sardiman A. M. dalam bukunya Interaksi dan Motivasi Belajar
Mengajar menyebutkan ada tiga fungsi motivasi:
a.
Mendorong
manusia untuk berbuat setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b.
Menentukan
arah perbuatan sesuai tujuan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan
rumusan tujuannya.
c.
Menyeleksi
perbuatan, menentukan perbuatan yang serasi guna mencapai tujuan.[6]
Dalam proses interaksi belajar mengajar, baik motivasi intrinsik
maupun motivasi ekstrinsik diperlukan untuk mendorong anak didik agar tekun belajar.
Ada beberapa bentuk motivasi yang dapat dimanfaatkan dalam rangka mengarahkan
belajar anak, diantaranya:
a.
Memberi
angka, sebagai nilai dari aktivitas belajar.
b.
Hadiah,
sebagai penghargaan atau kenang-kenagan.
c.
Kompetisi,
akan mendorong anak untuk bergairah belajar.
d.
Ego-Involvement, menumbuhkan kesadaran anak agar merasakan pentingnya tugas dan
menerimanya sebagai tantangan sehingga akan bekerja keras untuk mempertahankan
harga dirinya.
e.
Memberi
ulangan, memotivasi untuk mempersiapkan diri menghadapi ulangan.
f.
Mengetahui
hasil, sebagai motivator penyemangat belajar.
g.
Pujian,
bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus motivasi yang baik.
h.
Hukuman,
bentuk reinforcement yang negatif, tetapi bila dilakukan dengan tepat dan bijak
akan menjadi alat motivasi yang baik dan efektif.
i.
Hasrat
untuk belajar, unsur kesengajaan untuk belajar.
j.
Minat,
kecencerungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa
kativitas.
k.
Tujuan
yang diakui.[7]
2.
Faktor
yang yang mendorong seseorang untuk belajar
Motivasi bisa ditumbuhkan sejak awal mungkin, karena itu motivasi
tidak lahir dengan sendirinya. Untuk mendapatkan hasil belajar yang tinggi dari
diri sendiri, karena itu ada beberapa tokoh yang mengategorikan faktor-faktor
yang mempengaruhi belajar yaitu:
a.
Adanya
kebutuhan
Pada hakikatnya
semua tindakan yang dilakukan manusia adalah untuk memenuhi kebutuhannya.
Ketika seseorang berupaya memuaskan kebutuhan cinta, penerimaan masyarakat,
atau rasa memiliki, mereka dihadapkan pada saran-saran mengenai bagaimana
memuaskan kebutuhan itu. Impuls yang bermotivasi tidaklah kebetulan tetapi
mereka mencerminkan pengalaman sosial.[8]
Guru yang
berpengalaman cukup bijak memanfaatkan kebutuhan anak didik sehingga dapat
memancing semangat belajar anak menjadi anak yang gemar belajar. Anak pun giat
belajar untuk memenuhi kebutuhannya demi memuaskan rasa ingin tahunya terhadap
sesuatu.[9]
b.
Adanya
pengetahuan tentang kemajuannya sendiri.
Dengan
mengetahui kemajuan yang telah diperoleh, berupa prestasi dirinya apakah sudah
mengalami kemajuan atau malah kemunduran, maka hal ini dapat dijadikan faktor
yang mempengaruhi motivasi belajar. Seseorang akan terus berusaha meningkatkan
intensitas belajarnya agar prestasinya juga terus meningkat.
c.
Adanya
aspirasi atau cita-cita.
Kehidupan manusia
tidak lepas dari aspirasi atau cita-cita. Hal ini tergantung pada tingkat umur
seseorang, mungkin anak kecil belum memiliki cita-cita dan akan semakin besar
usia seseorang akan semakin jelas dan tegas dan semakin mengetahui jati dirinya
atau cita-cita yang diinginkan. Aspirasi dalam belajar merupakan tujuan hidup
seseorang, hal ini merupakan pendorong bagi seluruh kegiatan dan pendorong bagi
belajarnya.[10]
3.
Teori-teori
Motivasi
Pada umumnya, para ahli psikologi
berpendapat bahwa manusia juga bergerak untuk menemukan, menumbuhkan,
mentransendensikan, dan saling berbagi. Kebutuhan-kebutuhan tingkat tinggi ini
misalnya, dalam hierarki kebutuhan Maslow. Kebutuhan tingkat yang lebih tinggi
menjadi menonjol ketika kebutuhan biologis dan rasa aman sudah terpenuhi.
a.
Hierarki
kebutuhan Maslow.
Secara singkat Maslow berpendapat bahwa kebutuhan manusia sebagai
pendorong (motivator) membentuk suatu hierarki atau jenjang peringkat. Pada
awalnya Maslow mengajukan hierarki lima tingkatyang terdiri dari kebutuhan
fisiologis, rasa aman, cinta, penghargaan, dan mewujudkan jati diri. Di
kemudian hari ia menambah dua kebutuhan lagi, yaitu kebutuhan untuk mengetahui
dan memahami serta kebutuhan estetika.
Dalam bukunya Motivation and Personality (1954), Maslow
menggolongkan kebutuhan manusia itu pada lima tingkat kebutuhan (five hierarchy
of needs). Kelima tingkatan tersebut menurut Maslow sebagai berikut:
a)
Kebutuhan-kebutuhan
yang bersifat fisiologis (physiological needs). Merupakan kebutuhan yang paling
dasar, paling kuat dan paling jelas diantara kebutuhan manusia adalah kebutuhan
untuk mempertahankan hidupnya secara fisik, seperti kebutuhan makanan, minuman,
tempat bertewduh, seks, tidur dan oksigen. Maslow berpendapat, keyakinan kaum
Behavioris bahwa kebutuhan-kebutuhan fisiologis memiliki pengaruh yang besar
pada tingkah laku manusia hanya dapat dibenarkan sejauh kebutuhan tersebut
tidak dipuaskan. Menurut Maslow selama hidupnya praktis manusia selalu
mendambakan sesuatu. Manusia adalah binatang yang berhasrat dan jarang mencapai
taraf kepuasan yang sempurna, kecuali untuk suatu saat yang terbatas. Begitu
suatu hasrat berhasil dipuaskan, segera muncul hasrat lain sebagai gantinya.
b)
Kebutuhan
akan rasa aman (safety needs). Pada dasarnya kebutuhan rasa aman ini mengarah
pada dua bentuk yaitu kebutuhan keamanan jiwa dan kebutuhan keamanan harta.
Kebutuhan rasa aman muncul sebagai yang paling penting kalau kebutuhan
psikologis telah terpenuhi. Ini meliputi kebutuhan perlindungan, keamanan,
hukum, kebebasan dari rasa takut dan kecemasan.
c)
Kebutuhan
cinta dan memiliki dimiliki (belongingness and love needs).
Kebutuhan ini
muncul ketika kebutuhan sebelumnya telah dipenuhi secara rutin. Cinta disini
berarti rasa kasih sayang dan rasa terikat (to belong). Rasa saling menyayangi
dan rasa diri terikat antara orang yang satu dan lainnya, lebih-lebih dalam
keluarga sendiri, adalah penting bagi seseorang. Maslow mengatakan bahwa kita
semua membutuhkan rasa diingini dan diterima orang lain. Ada yang memuaskan
kebutuhan ini melalui berteman, berkeluarga atau berorganisasi. Konseptualisasi
Maslow tentang cinta sebagai deficiency
needs merupakan ciri selfish
seseorang yang mencari cinta dari orang lain, sebenarnya Maslow membedakan
kebutuhan ini dengan B-love ( being Love ). Bagi Maslow B- Love memiliki
tingkat yang lebih tinggi hal ini bisa terwujud jika seseorang telah terpuaskan
kebutuhan dasarnya dan bergerak menuju aktualisasi diri.
d)
Kebutuhan
Penghargaan ( esteem needs )
Pemenuhan
kebutuhan ini menjurus kepada kepercayaan terhadap diri sendiri dan perasaan
diri. Maslow membagi kebutuhan ini dalam dua jenis yaitu penghargaan yang
didasarkan atas respek terhadap kemampuan, kemandirian dan perwujudan kita
sendiri. Kedua penghargaan yang didasarkan atas penilaian orang lain.
Penghargaan yang terakhir ini dapat dilihat dengan baik dalam usaha
mengapresiasikan diri dan mempertahankan status. Kebutuhan penghargaan ini
umumnya diabaikan oleh Sigmund Freud, namun sangat ditonjolkan oleh Alfred
Adler.
e)
Kebutuhan
Aktualisasi diri (self-Actualization needs)
Kebutuhan
aktualisasi diri timbul pada seseorang jika kebutuhan-kebutuhan lainnya telah
terpenuhi. Karena kebutuhan aktualisasi diri, sebagaimana kebutuhan lainnya,
menjadi semakin penting, jenis kebutuhan tersebut menjadi aspek yang sangat
penting dalam perilaku manusia.
Maslow melukiskan
kebutuhan aktualisasi ini sebagai hasrat untuk menjadi diri sepenuh
kemampuannya seniri, menjadi apa saja menurud kemampuannya. Pada dasarnya
kebutuhan aktualisasi diri berbeda pada setiap orang artinya aktualisasi diri
antara orang yang satu berbeda dengan orang yang lain. Selain itu, aktualisasi
diri tidak melibatkan bakat istimewa atau kegiatan-kegiatan yang artistik atau
kreatif.
b.
Teori
ERG (Eksistence, Relatedness, Growth)
Apabila maslow
mengemukakan lima kebutuhan manusia, Alderfer (1972) sebahgaimana dikutip Pace
dan Paules (1998). Mengemukakan tiga kategori kebutuhan, ketika kebutuhan
tersebut adalah eksistence (E) atau eksistensi, Relatedness (R) atau
keterkaitan, dan Growth (G) atau pertumbuhan. Eksistensi meliputi kebutuhan
fisiologis seperti masa lapar, rasa haus, dan seks, Juga kebutuhan materi
seperti gaji, dan lingkungan kerja yang menyenangkan. Kebutuhan keterkaitan
menyangkut hubungan dengan orang-orang yang penting bagi seseorang seperti anggota
keluarga dan sahabat. Kebutuhan pertumbuhan meliputi keinginan untuk produktif
dan kreatif dengan mengerahkan segenap kesanggupan.
Ranah-ranah
kebutuhan ini, mirip dengan ranah-ranah kebutuhan yang dikemukakan Maslow dan
sebenarnnya meliputi seluruh rentang kebutuhan seperti yang disarankan Maslow.
c.
Teori
Motifasi Dua Faktor
Federick Hesberg
(1966) menganalisis motifasi manusia dalam organisasi dan memperkenalkan teori
motifasi dua faktor. Teori maslo tentang motifasi secara mutlak membedakan
antara aktualisasi diri sebagai kebutuhan yang bercirikan pengembangan dan
pertumbuhan individu, sedangkan kebutuhan lainnya mengejar sesuatu kekurangan.
Perbedaan ini secara dramatis dipertajam oleh Hesberg yang teorinya motifasi
kerjanya paling dikenal, digunakan, dan dibicarakan. Teorinya juga disebut
teori motivasi dua faktor karena ia membicarakn dua golongan utama kebutuhan
menutup kekurangan dan kebutuhan pengembangan (parreek 1996).
d.
Teori
Desakan Kebutahan Murray
Fasifikasai muraay
dibandingkan dengan hirrarki kebutuhan Maslow, tidak mudah disajikan pada orang
yang bukan ahli psikologi. Menurud Murray, kebutuhan-kebutuhan manusia berdiri
sendiri-sendiri terpisah satu dan yang lain. Ini berarti, jika kita mengetahui
kekuatan atau tingkat kepuasan satu kebutuhan, tidak berarti kita akan tahu
pula mengenai kekuatan kebutuhan-kebutuhan lain.
e.
Teori
Kebutuhan untuk berprestasi McClelland
Konsep ini disingkat dengan sebuah simbol yang kemudian menjadi
sangat terkenal menurudnya David McClelland untuk membuat pekerjaan yang paling
penting adalah sikap terhadap pekerjaan tersebut. Dia melakukan penelitian yang
mendalam mengenai motif dalam hubungan dengan kebutuhan untuk berprestasi sejak
akhir tahun 1940an. Hasil penelitiaanya menunjukkan bahwa bangunnya
negara-negara beserta kenegaraannya berhubungan erat dengan perubahan pada
kebutuhan untuk berprestasi.
f.
Teori
Haran Vroom
Vroom (1964)
mengembangkan sebuah teori motifasi berdasarkan jenis-jenis pilihan yang dibuat
oran untuk mencapai suatu tujuan, alih-alih berdasarkan kebutuhan internal.
Teori harapan memiliki asumsi pokok yaitu:
1.
Setiap
individu percaya bahwa ia berperilaku dengan cara tertentu, ia akan memperoleh
hal tertentu.
2.
Setiap
hasil mempunyai nilai atau daya tarik bagi orang tertentu.
3.
Setiap
hasil berkaitan dengan suatu persepsi mengenai seberapa sulit mencapai hasil
tersebut.[11]
PENUTUP
Kesimpulan :
1.
Pengertian
Motivasi
Motivasi berasal dari
kata motif. Motif menurut M. Ngalim Purwanto ialah segala sesuatu yang
mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu.
2. faktor-faktor yang memotivasi seseorang dalam belajar
a. Adanya kebutuhan
b. Adanya pengetahuan tentang kemajuannya sendiri
c. Adanya aspirasi atau cita-cita
3. Teori-teori motivasi
a. Hierarki kebutuhan Maslow
b. Teori ERG (Existence, Relatedness, Growth)
c. Teori Motivasi Dua Faktor
d. Teori desakan Kebutuhan Murray
e. Teori Kebutuhan untuk Berprestasi McClelland
f. Teori Harapan Vroom
DAFTAR PUSTAKA
Daradjat Zakiyah. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta
: Bumi Aksara. 1995.
Mudjiono Dimyati, Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka
Cipta. 2006.
Fathurrohman Muhammad dan Sulistyorini. Belajar dan Pembelajaran.
Yogyakarta : Teras. 2012
Daien Indrakusuma Amir, Pengantar Ilmu Pendidikan. Surabaya
: Usaha Nasional. 1973. Bahri Djamarah Syaiful, Psikologi Belajar. Jakarta
: PT. Rineka Cipta. 2002. 116.
Sobur Alex, Psikologi Umum Dalam Lintas Sejarah. Bandung :
CV. Pustaka Setia. 2010.
[1] Zakiyah
Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara,
1995), 140.
[2] Dimyati
Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 80.
[3] Muhammad
Fathurrohman dan Sulistyorini, Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta: Penerbit
Teras, 2012), 143.
[4] Amir Daien
Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional, 1973),
163.
[5] Syaiful Bahri
Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), 116.
[6] Muhammad
Fathurrohman dan Sulistyorini, Belajar dan Pembelajaran, 151-152.
[7] Syaiful Bahri
Djamarah, Psikologi Belajar, 125-134.
[8] Alex Sobur, Psikologi
Umum Dalam Lintas Sejarah (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010), 271.
[9]Syaiful Bahri
Djamarah, Psikologi Belajar, 121.
[10] Muhammad
Fathurrohman dan Sulistyorini, Belajar dan Pembelajaran, 154.